Selamat datang diblog ini semoga bermanfaat bagi kita semua

Jumat, 04 Desember 2009

Kisah Penganten Baru

Beberapa kisah pendek pengantin baru yang enggak pacaran dulu sebelum menikah ... Selamat menikmati.

1. Panggilan 1

Beberapa hari setelah hari pernikahan, tiba saatnya pasangan ini berkunjung ke rumah orang tua pengantin lelaki. Setiba di rumah, pengantin perempuan meminta tolong suaminya mengambilkan koper dari ruang tengah.

"Heh ... tolong ambilkan koper dong ...!" Sang suami pun mengambilkan koper yang diminta dan membawanya ke kamar.

Saat itu ayah pengantin lelaki memperhatikan. Mimik wajahnya menunjukkan rasa heran. Ia bertanya kepada anaknya,"'Sep ... istrimu itu memanggilmu bagaimana?"
Si anak menjawab sambil mesem-mesem,"Ya ... dengan "heh" itu tadi, Pak."
Sang ayah pun geleng-geleng kepala. Mimik heran semakin nampak di raut mukanya.

2. Panggilan (2)

Pengantin lelaki dari pasangan ini adalah sahabat saya. Pernikahannya dengan saya hanya berselang bulan. Saya lebih dulu. Hari itu saya dan istri membantu mereka pindahan ke apartemen baru.

Sahabat saya berjalan menaiki tangga lebih dulu. Saya mengikuti. Tiba-tiba saya mendengar teriakan istrinya dari bawah.

"Akhi ... ini barang yang besar tolong sekalian bawain ...."

Saya agak kebingungan. Kok bisa ya istri teman saya meminta tolong sama saya tanpa canggung, padahal belum kenal sama sekali. Belum sempat saya mengolah rasa heran, sahabat saya turun agak buru-buru. Lalu saya lihat dia naik lagi dengan membawa jinjingan agak besar. Oooo, ternyata bukan saya yang dipanggil tadi.

Ketika suasana agak tenang seusai beres-beres apartemennya, hati-hati saya tanya sabahat saya,"Akhi, bagaimana istri antum memanggil antum?"
"Akhi." Sahabat saya menjawab santai.
"Hehhh?! Lalu bagaimana antum memanggil dia?"
"Ukhti ...," jawabnya masih dengan santai.
"Ya ampun, akheeee ...!?" Cuma itu yang saya ucapkan sebagai tanda heran saya.

[Akhi artinya saudara laki-lakiku dan ukhti artinya saudara perempuanku. Biasanya panggilan akrab dalam aktifitas dakwah. Saya tidak tahu kapan panggilan akhi-ukhti dari pasangan pengantin itu berganti jadi "kang-neng", "mas-dek", "schaatje", "darling" atau "yayank" ... hehehe.]

3. Saat Berfoto

Sudah menjadi tradisi, di akhir acara walimahan diadakan acara foto bersama. Pengantin baru, tentu saja menjadi bintang dalam acara berfoto ini. Giliran berfoto pertama adalah bersama keluarga pengantin perempuan.

Pengantin pria melihat istrinya berdiri agak jauh. Dia pun meraih tangan istrinya dan menariknya agar mendekat. Tiba-tiba tangan sang istri menghentak keras pegangan tangan suaminya. Pengantin pria kaget ... Sementara itu pengantin perempuan tampak menunduk dan dari wajahnya rona merah menampak.

Pengantin pria agak mendekatkan wajahnya kepada sang istri, lalu berbisik,"Sekarang saya sudah halal menyentuh, kan? Jarak berdiri kita terlalu jauh ..."

Sang istri masih menunduk, tapi dia pun bergeser perlahan mendekat pada suaminya. Hmmmmm.

4. Waktu Ngopi

Ini adalah pagi kedua setelah akad nikah. Buat pengantin lelaki rasanya seperti mimpi, dia tiba-tiba berada di sebuah rumah yang menyambutnya menjadi bagian keluarga dengan hangat.

Jam 7 pagi.

"Ayo kita ngopi dulu ..." Ah, suara Mamah mertuaku, kata pengantin lelaki dalam hati. Ia pun tersenyum. Seperti mimpi. Tapi ... apa? Ngopi?

Dia pun melihat si Mamah membawa goreng singkong dipotong tipis-tipis dalam piring agak besar. Kemudian si Mamah masuk kembali ke dapur dan membawa keler berisi kripik. Dari dapur istrinya membawa baki berisi beberapa gelas kopi-susu. Ah, istriku ... Seperti mimpi.

Hmm, jadi ini prosesi ngopi itu, kembali pengantin lelaki itu berbicara dalam hati. Ia pun larut dalam ngopi bersama si Apa, ayah mertuanya, si Mamah dan tentu saja istrinya. Seperti mimpi.

"Ayo, 'Cep ... yang banyak makan singkongnya ...," kata si Mamah.
"Iya 'Mah ..." Lebih baik aku enggak makan banyak-banyak, sebab sebentar lagi sarapan, katanya dalam hati.

Jam 8. Kok belum sarapan ya? Jam 9. Masih belum ada tanda-tanda persiapan sarapan.

"Neng ... bentar donk!" Pengantin lelaki memanggil istrinya.
"Ya, ada apa?"
"Hmmm ... maaf ya、mau tanya. Sarapan biasanya jam berapa di sini?"
"Heehhh? Kan tadi udah?"
"Heehhh? Tadi?"
"Iya, ngopi itu sarapan ..."
"Ooooo, gitu ya ..." Wajah penganten lelaki itu bengong abizz!

Esoknya prosesi ngopi masih berlangsung, jam 7. Tapi si Mamah ternyata menyiapkan juga sarapan nasi sekitar jam 8. Hmm, Mamah memang baik hati, kata pengantin lelaki dalam hati.

Pernikahan sudah berlangsung sekian tahun. Setiap kunjungan saat berlibur tak ada sarapan pagi di rumah si Mamah. Yang ada adalah NGOPI! Dan memang begitulah tradisinya. Sang menantu pun selalu makan banyak-banyak saat ngopi. Ia senang dengan hidangan saat ngopi, apakah itu goreng singkong, buras, ubi rebus, atau apapun juga. Ia senang sekali.
(Saya tahu pasti bahwa sang menantu itu sangat menikmati suasana ngopi. Sungguh saya tahu pasti, sebab sang menantu itu adalah saya sendiri!)
kisah pengantin baru
Sehari sebelum upacara akad nikah, Emak pengantin lelaki menasihati anaknya :
"Nak apabila menghampiri isteri MU pada malam pertama, maka KAMU harus berkata : "KAPAL TERBANG INGIN MENDARAT"
Emak pengantin perempuan pula menasihati naknya :
"Nak....bila suami MU berkata kapal terbang ingin mendarat, maka jawabnya : "LAPANGAN TERBANG SUDAH SEDIA".
Hari yg ditunggu-tunggu pun tiba, Si suami tak sabar-sabar dan malampun tiba, berdebar-debar, Dia mendekati si isteri lalu mengatakan : "KAPAL TERBANG INGIN MENDARAT"
Si isteri seperti tidak faham dan berkata : "Saya penat bang, mari kita tidur."
Si suami hampa, namun dalam hatinya berkata : "Tak apa mungkin isteri aku malu, beri dia peluang kedua"
Tiba malam kedua Si suami mendekati si isteri dan bertanya lagi : "KAPAL TERBANG INGIN MENDARAT"
Malangnya si isteri masih tidak faham, kerana suaminya ketika itu memegang surat khabar, dalam hatinya berkata :
"Berita apa pula ini, ....Ah pedulilah kapal terbang mana yg mendarat pun... tak ada kena mengena dengan saya."
Kemudian dia berkata kepada si suami : "Sudah lah tuh bang, janganlah baca surat khabar lagi, mari kita tidur "
Si suami hampa lagi, tetapi dalam hatinya berkata : "Tak apalah esok masih ada."
Tiba malam ketiga , Si suami sekali lagi dengan penuh harapan dan begitu pasti malam ini pasti aku dapat, lalu mendekati si isteri dan berkata lagi : "KAPAL TERBANG INGIN MENDARATTTTTTTTT......!!!!!!!!!!!!!"
Si isteri menjenguk ke arah luar jendela dan menggelengkan kepala sambil dalam hati berkata : "Mana ada kapal terbang !!"
Melihat si isteri menggelengkan kepala, si suami hampa dan berkata dalam hati : "Kejamnya isteriku, membiarkan aku menunggu selama 3 hari tapi masih enggan memberikannya kepada KU"
Si suami dengan muka yg masam terus tidur tanpa mengajak si isteri.
Keesokan harinya si isteri bertanya kepada ibunya :
"Ibu kenapa suami saya setiap malam berkata : "KAPAL TERBANG INGIN MENDARAT........??"
Si ibu pun berkata :
"Apa yg kamu jawab nak ?"
Si anak berkata :
"Saya tidak jawab apa-apa"
Si ibu berkata lagi :
"Apa anak sudah lupa apa yg ibu nasihatkan tentang malam pertama, sepatutnya anak menjawab : "LAPANGAN TERBANG SUDAH SEDIA........" sebagai tanda setuju.
"Oh saya lupa lah ibu, tak apa malam ini saya pasti akan menjawab dengan betul"
Maka tiba malam keempat .....si suami seperti tidak menunjukkan apa-apa tanda dia akan bertanya soal yg sama.
Malam kian larut, si isteri tertanya-tanya, bilakah gerangan si suami akan bertanya, Si isteri akhirnya berkata dalam hati : "Mengapa harus aku tunggu lagi.... apa salahnya aku sendiri meng`offer' kan diri.
Lalu si isteri pun mendekati si suami dan terus berkata : "LAPANGAN TERBANG SUDAH SEDIA...........
Si suami kerana terlalu geram dengan si isteri, dengan muka yg masam menjawab : "KAPAL TERBANG ROSAKKKKKKKKKKK..............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar